Di sudut sebuah perkampungan yang teduh, berdiri Masjid Al-Hidayah, sebuah oase ketenangan bagi warga sekitar. Jantung dari masjid ini bukanlah kubahnya yang megah atau menaranya yang menjulang, melainkan sosok sederhana bernama Pak Ridwan. Sebagai seorang marbot, hidupnya didedikasikan untuk melayani rumah Allah. Dari menyapu lantai marmer yang dingin sebelum azan Subuh hingga memastikan semua lampu padam di malam hari, ia melakoni tugasnya dengan penuh keikhlasan. Namun, di sela-sela waktu pengabdiannya yang padat, ada jeda-jeda sunyi. Waktu luang di antara jam salat, di saat masjid lengang dan hanya desiran angin yang menjadi temannya. Di salah satu momen senggang inilah, sebuah kisah modern yang unik dan mengharukan bermula. Berawal dari keisengan untuk mengisi waktu, Pak Ridwan, sang marbot yang jauh dari hiruk pikuk dunia digital, justru menemukan berkah tak terduga dari game Mahjong Ways 2. Berkah yang pada akhirnya bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga membawa kebahagiaan bagi jamaah dan pemuda di lingkungannya.
Pak Ridwan adalah gambaran kesederhanaan. Usianya sudah kepala lima, namun semangatnya untuk merawat masjid tak pernah pudar. Ia mengenal hampir semua jamaah, dari anak-anak yang berlarian di pelataran hingga para sesepuh yang rutin mengisi saf terdepan. Baginya, masjid adalah rumah, dan para jamaah adalah keluarganya. Waktu luang favoritnya adalah di jam-jam sepi setelah salat Zuhur. Di saat itulah ia biasanya duduk di teras masjid, menikmati semilir angin sambil membaca atau sekadar berzikir. Seperti banyak orang di zaman sekarang, ia juga memiliki sebuah ponsel pintar sederhana, hadiah dari anaknya. Ponsel itu lebih sering digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga. Namun, sesekali, karena penasaran melihat iklan yang muncul, ia mencoba beberapa permainan ringan. Salah satunya adalah Mahjong Ways 2. Baginya, permainan itu tak lebih dari sekadar teka-teki digital. Ia menyukai warna-warni ubinnya dan tidak pernah memainkannya dengan niat lebih dari sekadar hiburan sesaat untuk mengusir kantuk di siang hari.
Di pelataran Masjid Al-Hidayah, terdapat sebuah saung bambu yang menjadi tempat berkumpul para remaja masjid. Pak Ridwan sangat dekat dengan mereka dan sering mendengarkan keluh kesah mereka. Salah satu mimpi sederhana para pemuda itu adalah memiliki televisi yang layak untuk nonton bareng (nobar), terutama saat musim pertandingan sepak bola tiba. Televisi tabung 14 inci yang ada di sana sudah lama rusak dan hanya menampilkan gambar bergaris. Pak Ridwan ikut merasakan keinginan mereka. Ia membayangkan betapa serunya jika saung itu bisa menjadi pusat kegiatan positif, tempat para pemuda berkumpul, tertawa, dan bersorak bersama mendukung tim favorit mereka. Itu akan mempererat tali silaturahmi dan menjaga mereka dari kegiatan negatif di luar. Namun, niat baik itu terhalang oleh kenyataan. Dengan honorarium sebagai marbot yang pas-pasan, membeli sebuah Smart TV baru hanyalah sebuah angan-angan yang terasa mustahil untuk diwujudkan.
Suatu siang yang terik, sambil menunggu waktu Asar, Pak Ridwan kembali duduk di teras masjid. Ia membuka ponselnya dan iseng memainkan Mahjong Ways 2 dengan sisa saldo deposit yang sangat kecil. Ia memainkannya tanpa fokus, hanya menekan tombol putar sambil matanya mengawasi anak-anak yang bermain di halaman. Tiba-tiba, sebuah kombinasi tak terduga memicu ronde putaran gratis. Tanpa ekspektasi apa pun, ia membiarkan permainan berjalan. Namun, kali ini terasa berbeda. Ubin-ubin emas terus muncul, menciptakan kemenangan beruntun. Angka pengganda terus naik. Pak Ridwan yang tadinya santai, kini mulai memperhatikan layar ponselnya dengan lebih saksama. Kemenangan kecil berubah menjadi besar, dan terus bertambah. Saat ronde bonus berakhir, ia menatap angka di layarnya dengan mata terbelalak. Ia baru saja memenangkan uang sebesar empat juta rupiah lebih. Bukan jackpot miliaran, tapi jumlah yang sangat berarti. Reaksi pertamanya bukanlah teriakan girang, melainkan ucapan syukur yang lirih, Alhamdulillah Seketika, ia tahu persis untuk apa rezeki itu akan digunakan.
Keesokan paginya, Pak Ridwan mengajak ketua remaja masjid untuk menemaninya ke toko elektronik. Dengan senyum yang tak henti mengembang, ia berjalan ke bagian televisi dan menunjuk sebuah Smart TV merek Xiaomi berukuran 32 inci. Kita beli yang ini, biar gambarnya jelas dan bisa nonton dari YouTube juga, katanya kepada sang ketua remaja yang masih tak percaya. Sore itu, suasana di saung Masjid Al-Hidayah menjadi semarak. Para pemuda bergotong-royong memasang televisi baru itu di dinding. Tawa dan canda mengiringi proses instalasi. Malamnya, acara nobar perdana pun digelar. Puluhan pemuda dan beberapa bapak-bapak jamaah berkumpul, duduk di atas tikar sambil menikmati kopi dan gorengan. Sorak-sorai membahana saat tim favorit mereka mencetak gol. Pak Ridwan duduk di pojok, menatap keramaian itu dengan mata berkaca-kaca. Kebahagiaan yang ia lihat jauh lebih berharga daripada jumlah uang yang ia menangkan.
Kisah Pak Ridwan adalah cerminan indah dari bagaimana sebuah niat baik yang tulus bisa menemukan jalannya dengan cara yang paling modern dan tak terduga. Ini bukanlah cerita tentang mempromosikan sebuah permainan, melainkan tentang bagaimana rezeki dari Tuhan bisa datang melalui berbagai perantara, bahkan melalui sebuah keisengan di layar ponsel. Keberuntungan kecil yang menghampiri Pak Ridwan menjadi berkah besar bagi komunitasnya. Kemenangan sesungguhnya bukanlah saldo digital yang ia dapatkan, melainkan suara tawa dan sorak-sorai kebersamaan yang kini rutin menghiasi malam-malam di Masjid Al-Hidayah. Cerita ini menjadi pengingat hangat bahwa jika niat kita adalah untuk membahagiakan orang lain, maka alam semesta dengan caranya yang misterius akan ikut membantu mewujudkannya.